“Kamu
ga bakalan marah kan, Fad?” Kedengarannya begitu serius, pikirku. Aku memainkan
sedotan, memutar-mutarnya dalam gelasku. Sedangkan Nadia memegang erat-erat
gelas minumannya seakan-akan itu adalah piala Oscar pertamanya. Memang, dari
tadi Nadia tampak tidak seperti biasanya. Tingkah lakunya, gaya bicaranya, atau yang lain. Yang masih
terlihat sama darinya...
Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan
Ramadan, Vicky & Helm
Click. Click.
Aku menekan “shut down”
di monitor dan bergegas pulang. Senang banget kalau Ramadan seperti ini karena
jam kerja berkurang satu jam, yang biasanya pulang jam 5 sekarang menjadi jam 4
sore.
“Pulang pulang!” aku membaca pesan Whatsapp dari Vicky.
“Ni lg beres2 mau balik” jawabku singkat, tak lupa dengan ikon
sepeda motor di akhir pesan dan melanjutkan “how’s
ur day, buddy?”
“A mess!...
Awal Sebuah Kehidupan
Aku, Rheina, Hazil.
Kami bertiga menyusuri sebuah lorong panjang tak berujung. Kami dimabukkan oleh permainan warna yang menghiasi sisi-sisi lorong. Begitu pudar, berpendar, gairah yang sangat nyata tersirat dalam warna-warna yang terus bergerak. Seakan mengikuti kami bertiga…ya…menyusuri lorong ini.
Aku bisa merasakan Rheina ingin pulang ke rumah secepat mungkin, karena takut ibunya memarahinya...