Pengalaman Vaksinasi Covid-19 Dosis Pertama


Vaksin, Sinovac, Covid-19, sertifikat
Sertifikat vaksin dosis pertama


Setelah lebih dari satu tahun pandemi, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga: vaksin Covid-19. Di sini akan membahas tentang mekanisme mendapatkan vaksin mulai dari registrasi hingga notifikasi jadwal vaksinasi, dan efek yang dirasakan dari vaksin.

Alur registrasi vaksin

In my case, registrasi dilakukan secara online, tinggal follow salah satu akun puskesmas yang ada di sini dan klik link yang ada di bio. Link itu terhubung ke Google Form untuk diisi. Data yang harus dilengkapi adalah:


Nama:
Tanggal lahir:
NIK:
Alamat:
Nomor telpon:
Penyakit penyerta: (bila ada, ditulis selengkap-lengkapnya).

Setelah lengkap dan terkirim, dalam tempo 3-5 hari akan ada notifikasi melalui WhatsApp / SMS tentang jadwal vaksinasi. Di sini, tidak ada keharusan alamat KTP sama dengan domisili. Yang penting ada KTP asli, that's all. 


Dalam notifikasi tersebut terdapat nama, nomor urut, lokasi vaksinasi dan kisaran waktu yang telah ditentukan. 

Vaksinasi, Covid-19, Sinovac
Notifikasi jadwal vaksinasi dosis pertama



Hari H Vaksinasi

Saya datang ke puskesmas terdekat, dengan membawa KTP asli. Setelah itu, undangan yang dikirim melalui text message ditunjukkan ke bagian registrasi. Setelah itu adalah proses skrining. Petugas kesehatan cek tekanan darah, suhu tubuh dan menanyakan kondisi kita secara general (sehat hari ini? Ada sakit dalam beberapa hari terakhir? Apakah punya darah tinggi? Penyakit lainnya?) and all you had to do was to give the real answers, jadi mereka bisa determine apakah bisa lanjut vaksin atau tidak. Intinya harus jujur kalau pernah sakit jawab pernah, kalau ada penyakit lain sebut saja semuanya, kalau sedang medication jawab aja iya dan sebutkan obatnya apa saja. Setelah selesai dan fit, mereka memberikan lembar persetujuan dan saya masuk ke ruangan vaksin. 

Petugas hanya meminta membuka lengan baju bagian kiri, meminta untuk tenang and you got the jab! It was so quick! Setelah itu saya menyerahkan lembar persetujuan tadi beserta KTP asli untuk proses surat keterangan vaksin dosis 1. They call it certificate, I dunno why. Whatever. Setidaknya mereka tidak meminta fotokopi E-KTP. Oh anyway, jenis vaksinnya adalah Coronavac by Sinovac.

Setelah vaksin, akan diminta untuk tetap di lokasi setidaknya 15 menit, in case ada reaksi dari tubuh seperti pusing, mual dan reaksi tidak mengenakkan lainnya yang sekiranya butuh perawatan dan tentunya merepotkan beberapa orang. 

Tapi sepertinya saya harus di sana lebih dari 15 menit karena menunggu antrian surat itu. Selama masa tunggu itu petugas menanyakan apakah ada keluhan pusing atau yang lain kepada para peserta vaksin, which is good. Di surat itu tertera keterangan sudah vaksin, jadwal vaksin dosis kedua dan contact person yang bisa dihubungi kalau-kalau ada efek vaksin yang dirasakan cukup berat. Setelah dapat surat itu, you can continue your schedule and do your shxts. 

Efek setelah vaksin

Hari H: tidak ada yang signifikan selain rasa lapar dan lemas. Jadi bawaannya makan terus dan badan terasa lemas. Tidur bisa sangat nyenyak.

H+1 vaksinasi: lengan kiri bekas suntikan terasa ngilu sekali, pagi hari sedikit pusing dan demam, menjelang siang sekitar pukul 10:00 nafas sedikit berat. Saya bawa istirahat dan tengkurap, miring, while listening to some music. Siang hari everything went back to normal, kecuali rasa lemas dan ngilu di lengan like damnit! I asked my friend yang sudah vaksin, dan ternyata memang itu beberapa efek samping vaksin. Kebetulan dia dapat AstraZeneca dan setelah ia jelasin efek samping yang dia rasakan, I feel not really bad. At least gak mual atau muntah. It's very technical to talk about each kind of vaccines actually, all I want to say is: vaksin aja dulu apapun merk vaksinnya.

H+2 vaksinasi: Masih lemas tapi tidak selemas sebelumnya. Tapi keesokan harinya sudah tidak terasa apa-apa lagi, kecuali lengan kiri yang kadang masih ngilu. Did they jab it through my bone or what?  

Yang harus disiapkan setelah vaksin adalah paracetamol in case nanti demam, dan vitamin agar tubuh tetap fit. Tapi bahkan in my case I didn't take any of them, instead I had a very large portion of meal alias jadi lapar banget, makan buah banyak dan minum banyak tentunya. But it depends seberapa kuat efek yang dirasakan then you think you need to take the pills.

Oh iya, you'll get notified tentang sertifikat vaksin pertama and it'll be sent through SMS with a link in it. Just click the link and you'll spend sometime wondering alias lemot banget LMAO. Or you can download aplikasi PeduliLindungi, it's less complicated.

It's supposed to be in the second week of August I'll be having my second dose of vaccine but, turns out ada pengumuman kalau vaksinasi dosis kedua ditunda sampai waktu yang TIDAK ditentukan and I was like "What?!"

Anyway, get vaccinated, people! Mending divaksin daripada dipajang di cover surat Yasin. Ain't it? 

So, how's your vaccine experience?














Share:

Cara Membuat Selai Pala Dengan Mudah

pala, buah pala, selai pala, cara membuat selai pala
Buah pala bahan baku selai pala


Pala adalah salah satu jenis rempah-rempah yang sudah dikenal di Nusantara bahkan menjadi komoditas terpenting di awal penjajahan Belanda. 

Pala bisa dengan mudah ditemukan di Indonesia timur, mulai dari kepulauan Maluku seperti Banda Neira hingga Papua.

Di Kaimana sendiri ada sebagian masyarakatnya menanam pohon pala untuk dipanen dan diolah buahnya. Biasanya yang diprioritaskan adalah bagian biji dan "bunga", yakni selaput merah yang membungkus biji pala dan bunga itu adalah bagian paling mahal dari buah pala. Sedangkan daging buah diolah menjadi manisan pala dan selai pala. 

Selama tinggal di Kaimana, saya mendapatkan pengalaman menarik tentang mengolah daging buah pala menjadi selai. So, this is how it all was going.

1. Pertama kita petik dulu buah pala. Pilih yang sudah berwarna orange atau cokelat muda karena warna tersebut menandakan buah pala sudah cukup masak. Jangan memilih buah yang masih berwarna kuning karena akan terasa sangat asam. 

2. Setelah itu, kupas kulitnya, pisahkan biji dan bunganya dan iris dagingnya setebal 6 mm / setengah - satu sentimeter. 

3. Rendam dengan air garam selama kurang lebih semalaman untuk menghilangkan rasa asam dari dagingnya. Bisa juga menggunakan air laut. 

4. Setelah direndam, bilas kembali daging pala dengan air bersih, kemudian haluskan bisa menggunakan blender atau cobek seperti membuat sambal.

5. Setelah halus, masukkan pala halus ke dalam panci / wajan dan aduk dalam api sedang sampai mendidih dan mengental.

6. Terakhir adalah dengan menambahkan gula sesuai selera. Setelah mengental dan matang serta rasa pas, biarkan selai dingin. And the nutmeg jam is ready! :D

Share:

Day 7: Hari Tanpa Social Media

Day 7

28 April 2021

It's supposed to be the last day without social media, unless otherwise decided then it'll be extended for the other seven days ahead. 

What I'm getting from this experiment is that I'm glad I'm just fine without social media. No Instagram, no Facebook, no Twitter, no WhatsApp story, no YouTube, no e-commerce check, no news apps. No buzz no fuzz in my mind. There's less excuse for me to stay awake late l because I'm in the middle of following all the details about something. My brain is not fulled with all the shits that I'm not supposed to have. It's just way less crowded which is good. 

I unsubscribed total of 52 subscription (two more today), and my email is now let's say, clean enough. Maybe it doesn't seem important for now, but at least, I will not waste space for more redundancy.  

Maybe some of you is okay with social media, you spend relatively normal minutes checking your phone. But you should consider taking this kind of experiment so you'll see how cool you are without them. 

Or maybe for those having problems with mobile games or whatever you call it, you can try. Maybe you won't realize you open the apps but then you remember, then slowly you'll know when you open it. Meaning that it's not programmed in your mind. Give your brain some space for not giving a shit on those you actually can just skip. 

Maybe it's not social media or games, maybe it's just the devices so let's just change the smartphone with the more basic feature phone. But then, you'll find out sometimes you check the phone and play the basic games in the basic phone. I mean, it's not about device or apps in it, it's about the user who's using it. 

Am I really gonna log back into my account tomorrow?


Share: