Solotrip 5 Negara Asean (Part 8: Kuala Lumpur)

kuala lumpur, malaysia, dataran merdeka, jalan
Salah satu jalanan di Kuala Lumpur, Malaysia


Pertama kali yang aku lakukan sesampaiku di Kuala Lumpur adalah mencari laksa. 

“Serious kamu nggak apa-apa? Kamu basah kuyup gitu, mau makan sekarang?” David melihatku seperti Si Tua Brownlow melihat gelandangan bernama Oliver Twist yang basah kuyup karena hujan di Putrajaya tadi sore.

Akhirnya kami ke tempat David tinggal. Letaknya tidak jauh dari stasiun LRT. Tempatnya mengingatkanku dengan yang di Ang Mo Kio, kecuali di sini tidak ada taman. Sepatuku sudah basah seperti popok bayi. Aku membuang kaos kakiku karena terasa begitu menjijikkan.


“You can actually wash and dry it later,” David mencoba memberi saran.


“No lah. Beli yang baru saja.”  


David membawaku jalan-jalan di pasar malam untuk makan laksa. Berbeda dengan laksa yang biasanya aku makan, laksa ini lebih terasa Chinese. Dan aku menyesal telah memesan porsi kecil karena menurutku porsinya sangat besar.


“Harusnya tadi pesan yang extra small laksanya,” aku mengangkat-angkat mee dengan stick sambil sesekali meniupnya karena panas banget. Sialan.


“You think it’s a T-shirt a?” dengan aksen Chinese-nya dia berkelakar. Aku cekikikan.


Aku nggak tahu harganya berapa karena David yang ngotot mau bayarin. Setelah itu aku beli kaos kaki seharga 5 ringgit di salah satu stand di sana. Pasar malam ini sangat meriah sampai-sampai aku berlama-lama di sini.


“Aku mau beli minum, ayo pergi,” ajaknya.


Kami pergi ke tempat minum. Aku memesan es kelapa muda dan menyesal karena aku mengiyakan ketika si waiter India bertanya “tambah gula?” Maksudku, tambah gula pasti minumannya lebih manis kan? Bukan ukuran gelasnya yang bertambah besar seperti tempat popcorn ukuran jumbo di Blitz.


“Apa-apaan sih mereka ini?” aku mulai mengomel. David senyum-senyum menahan tawa. Dia orangnya nggak terlalu banyak senyum, tapi tetap terkesan humble. Sewajarnya.


“Kamu tahu ini? Coba deh.” Dia nyodorin minumannya ke arahku. Aku meminumnya sedikit pakai sedotan.


“Ini teh tarik kan?”


“Oh, I thought you don’t know.” Dia terkejut. Ya ampun, aku kan orang Indonesia bukan orang Eskimo. Kami sempat rebutan siapa yang mau bayar karena dia keukeuh mau bayarin.


“Kalau kamu datangnya weekend aku bisa temenin jalan-jalan. Sayang sekali, besok kerja,” dia menjelaskan. Dia orangnya baik sekali dan sangat informative.


Kami mengobrol selama dua jam di sana. Saling bertanya sudah ke mana saja. David yang lebih sering bercerita tentang petualangannya. Mulai dari Bromo, Ijen, Jogja, Bandung, Saigon (2 minggu sebelum aku berangkat), Australia, Bali dan masih banyak lagi tempat di Indonesia yang dia kunjungi.


"Kalau ke Australia, pake visa juga?" tanyaku.


"Yup. Cuma sehari saja sudah jadi. Kalian Commonwealth juga kan?"


Mana ada kita Commonwealth, yang ada common-suffer. "No. We're not under British." jawabku. Kita kan dulu under the Netherlands. Belanda sialan.


“Kamu travelling sendiri?” Dia bertanya.


“Ya. Lebih asik. Lebih bebas.” Jawabku.


“Ya. I used to travel alone, tapi sejak ada pacar jadi sekarang kemana-mana selalu berdua.” Ekspresi wajahnya seperti mengatakan “Ya, sedikit banyak seperti di penjara gitu lah!”


“Banyak komprominya ya,” balasku.


“Ya. Apalagi dia bukan tipe traveller sepertiku.” Jelasnya singkat. “I see” pikirku.


“Is it okay we’re here? I mean, aku kan stay di tempatmu.”


“It’s okay lah. Aku kan menampungmu. Anyway, aku lagi suka Shameless.” Dia mencoba mengalihkan pembicaraan.


“Kurang ajar,” reflekku sebelum mengikuti alur obrolannya. Kami bercerita tentang film, TV series, kelucuan dan kejanggalan yang ada di TV series yang kami sukai. Oiya, David itu orangnya suka film sepertiku jadi kami nyambung. Setiba kami di rumah, dia langsung pamerin koleksi filmnya dan akhirnya kami memilih menonton The Grand Budapest Hotel.


Esok harinya, David nge-drop aku di Suria KLCC, tempat dia bekerja. Atau tempat yang lain? I dunno. Intinya dia bekerja tempat bisnis di sekitar situ. Berbekal map dan penjelasannya tadi malam, aku mulai jelajah Kuala Lumpur seperti Dora the Explorer dengan Mr. Peta-nya.  Dia sangat informative sekali dan menjelaskan dengan detail  jalur bus, train, walking distance yang ada di peta. Thank, God. Dia seperti juru selamat.

Aku punya waktu satu hari untuk jelajah Kuala Lumpur. Cukup mudah jelajah kota ini karena akses transportasi yang mudah dan ada yang gratis (Bus KL Hop-on Hop-Off  yang berwarna pink). Bus, komuter, monorail, jalan kaki, semua bisa. Dan jaraknya juga nggak terlalu jauh. At least untuk traveller loh ya! Apalagi ada map, sumpah mudah banget!


masjid tua, kuala lumpur
Salah satu sudut kota Kuala Lumpur, Malaysia

Merdeka Square / Dataran Merdeka

Mungkin ini lebih mirip Rizal Park di Manila atau Monas di Jakarta. Tempat ini adalah tempat paling bersejarah karena untuk pertama kalinya bendera Malaysia dikibarkan. Dari sini kita bisa melihat gedung-gedung bersejarah yang mengelilinginya, seperti Bangunan Sultan Abdul Samad (yang mengingatkanku dengan bawang merah di warung-warung setiap kali ihat kubahnya), KL City Library, Katedral St. Mary, KL City Gallery dan masih banyak lagi. Semua tempat tersebut hanya beberapa puluh langkah saja dari Dataran Merdeka. Tinggal menyeberang jalan saja. Sayang sekali waktu di Kuala Lumpur saat itu lagi kabut asap tebal. Jadi udara pengap dan panas, apalagi di Dataran Merdeka tidak ada area hijau.

Pasar Seni

Tempat ini seperti Malioboro di Jogjakarta, hanya saja jauh lebih kecil. Di sini kita bisa melihat banyak sekali kerajinan dan makanan tradisional. Mungkin karena serumpun ditambah lagi banyak sekali orang Indonesia di sini, jadi makanan tradisionalnya seperti di Indonesia. Cocok di lidah. 

Banyak sekali souvenir, mulai baju, handycraft, hiasan meja bertebaran di sini. Yang penting harus pandai menawar karena mereka membandrol harga sesuka kata yang keluatr dari mulut mereka. Aku menghampiri stand yang manawarkan replica tangan dengan menggunakan lilin cair. Menarik sekali karena tanganku dimasukkan ke dalam lilin cair setelah sebelumnya dimasukkan ke dalam air es. Dan tangannya bisa dibentuk sesuka kita, tinggal diclupkan saja beberapa kali dan langsung jadi. Aku membentuk tanganku dengan gaya “metal” untuk aku kasih ke David sebagai bentuk terima kasih (dan dia protes “ini kan tanganmu, harusnya kamu bawa.” “Aku sudah punya tangan, itu buat kamu.” “Oh, I see. Thank you”)


Batu Cave

Ini adalah tempat paling dramatis yang ada di Kuala Lumpur. Ada patung dewa Hindu warna emas mentereng heboh sebelum masuk ke ratusan tangga yang menuju ke gua. Patung Dewa Hindu ini adalah yang tertinggi di dunia and it’s sick! Keren banget. Butuh waktu sekitar 7 menit untuk menaiki ratusan tangga menuju ke dalam gua. Ketika sampai di gua, ada ternyata masih ada beberapa tangga lagi (tolong!). Di sini banyak sekali monyet-monyet lucu dan patung dewa-dewa. Akses menuju Batu Caves sangat mudah, tinggal naik komuter dari KL Central arah Batu Caves dan turun di pemberhentian terakhir. Sekitar 15 menit saja dari Kuala Lumpur. This is a must-visit place when you drop in Kuala Lumpur.


patung,batu cave, malaysia
Batu Caves, Malaysia




Kawasan Sekitar National Mosque


Di sini banyak tempat yang bisa dikunjungi atau sekedar sight-seeing. Banyak traveller yang wara-wiri dan saling berbagi informasi di kawasan ini karena tempat ini sangat nyaman untuk traveller. Sejuk, hijau, nyaman. Nice lah. Ada Memorial Tun Razak di mana kita bisa tahu banyak tentang sejarah Malaysia dan hubungan Malaysia – Indonesia. Ya, bagaimana dulu bangsa Indonesia begitu mendapat tempat dan disegani oleh Malaysia, semua bisa dilihat di sini. Ironis juga ya bahkan aku belajar sejarah tetang negara sendiri di negara orang. Mungkin karena ini museum dan semua museum cenderung membosankan, jadi tempat ini cukup sepi. Hanya aku dan beberapa backpacker kulit putih saja yang berkunjung.


Kuala Lumpur City Gallery

Di sini kita bisa melihat sejarah Kuala Lumpur dan perkembangan serta masterplan jangka panjang untuk menarik para investor dan pendatang. Singkatnya, seperti company profile. Hanya saja ini lebih menarik dan meyakinkan. Menurutku, Kuala Lumpur adalah salah satu kota yang menjanjikan dan terancang. Kota ini sudah punya infrastruktur yang cukup memadai dan berkembang secara gradual dan tertata, itu yang mereka coba sampaikan kepada para pengunjung tempat ini. Dan berhasil.


Sebenarnya banyak sekali tempat yang aku kunjungi di sini. Mungkin beberapa tempat tidak perlu dijelaskan lagi, seperti KLCC, Bukit Bintang (aku cuma lewat saja karena PAGI hari), China Town (which is all the same all over the world) dan banyak lagi. Tapi karena aku harus kejar kereta ke Johor, jadi harus menyimpan energi. Aku menghabiskan  waktu dengan David sebelum pergi ke KL Sentral untuk naik kereta malam menuju JB Sentral.


tiket, kereta api kuala lumpur, johor bahru
tiket kereta api Kuala Lumpur - Johor bahru


Kereta berangkat jam setengah sebelas menuju Johor Bahru. Tiket kereta murah sekali, hanya 39 ringgit dan kita sudah bisa tidur! Pasti bakalan balik ke Malaysia lagi tapi entah ke bagian mana lagi. I just can’t wait!


Pricing and tips:


  • Selalu bawa peta kalau ingin jelajah Kuala Lumpur karena sangat membantu
  • Sediakan pecahan kecil ringgit untuk transportasi, tapi ada juga bus KL Hop on-Hop off yang menyediakan transportasi gratis.
  • KL Sentral adalah pusat jalur kereta untuk menuju tempat-tempat lain di Semenanjung. Tiket KL Sentral – JB Sentral adalah MYR33.00 yang duduk dan MYR39.00 yang tidur. Murah banget kan? Kereta berngkat pukul 22.30 dan sampai JB Sentral pukul 06.10 pagi. Dari JB Sentral bisa langsung naik bus ke Woodlands Singapore hanya dengan SGD1.50. 

So, ini bagian akhir. Terima kasih telah membaca! Semangat, jangan lupa bahagia!


Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar