Indonesians Storm Thai Gay Couple's Social Media With Humiliation And Dead Threats? Why?

It's embarrassing for me to ask this kind of question actually. But, I just read news of "Indonesians storm Thai gay couple's social media with humiliation and even dead threats because of their wedding post on their social media". 

I mean, come on people! How come you possibly so rude to others? They throw all the bad words into the comment section and it's just embarrassing. Indonesians are way too far crossing the lines. 

First, okay let's say you do not agree with what they are because it's forbidden by religion. You have to understand that religion is a private matter. Oh, sorry maybe some you don't take it so. Anyhow, if you insist to do so, just why don't you storm those committed any, any forbidden by religion thing as what you believe? 

You need not go far stalking someone's profile who's not even living in your country. You have corruptors to bash as they've stolen and added on more difficulties in lives of millions in your country. What they the corruptors have done is: forbidden by religion (as what you expect), and moreover, done harms as they took away rights of the people. They took money supposed to be allocated in education improvement, social assistance, healthcare and facilities, and many more. 

Even if you keep insisting what the gay couple had done is forbidden by religion, do they harm you and other people? Can you please let the world know what harms of it? Evenmore, do they take people's money and add on more poverty? Do they say bad words upon you? 

One more thing, don't you even remember that saying bad words to the other people is forbidden by religion? 

Second, cursing them as to be causes of natural disasters is another ridiculous trash-ure in your head. Natural disasters are scientifically caused by nature (eg. Earthquake, tsunami, volcanoes, storms) or in other cases by us human (eg. fires, global warming, flood after deforestation). There is no correlation between someone's sexual orientation with natural disasters. That is why we call it natural disasters, it's the nature. You may think you're right with your cursing but you just make a fool of yourself, silly.

Third, you may never hear about "different pond different fish". Every country has their own rules and laws and we have to respect. Let's not jump into another country, let's talk about another region or province which implement different policies. Why don't you just take the same stance when it comes to different countries that you barely know about them even for a damn thing?

This era of evolving innovation in technology, we are so blessed as everything gets easier to get done. We can stay updated within a blink of an eye about almost everything. Social media plays a major role in our daily lives. Maybe you use your mouth less nowadays, but please control your big mouth in mind and fingers so, in case you cannot use it for good, maybe you just "mute" it while thinking what good things may come from your writings. You may say something degrading upon someone else, but in the end, you're only degrading yourselves.

And forget about LGBT issues to get addressed and solved. With those kind of thought, it's very challenging to settle and step forward just like the other countries have been doing. 


Share:

Melihat Upacara Ngaben Di Lombok

Ngaben, HIndu, Bali, Bakar, Jenazah
Pembakaran jenazah saat upacara Ngaben di Lombok


Mungkin judulnya mengundang tanya “Lho kok bisa di Lombok? Bukannya di Bali?” tapi begitulah ceritanya. Anyway di sini saya mau bercerita tentang pengalaman melihat prosesi Ngaben dan kesan yang saya tangkap dari prosesi tersebut. 

Sebenarnya awal dari semua ini tidak direncanakan alias kebetulan. Berawal dari perjalanan dengan kapal laut dari Labuan Bajo menuju Bali, tapi di tengah perjalanan ketika kapal berlabuh sebentar di Pelabuhan Lembar, Lombok, saya akhirnya memutuskan untuk turun saja, karena memang saya belum pernah ke Lombok. Kebetulan itu dilanjutkan dengan saya memesan kamar di penginapan di Kota Mataram dengan memilih harga yang terjangkau (sesuai kantong), dan kebetulan pada saat check-in itulah, di depan penginapan tersebut ada acara yang membingungkan. Sekilas seperti pagelaran budaya tapi sesaat kemudian saya mengerti bahwa ternyata bukan. Saya bertanya kepada pemilik penginapan dan ia menjawab bahwa mereka mengadakan Ngaben. Wow, what a coincidence!

Apa itu Ngaben?

Ngaben sendiri adalah prosesi pembakaran jenazah yang dilakukan oleh umat Hindu Bali, yang bertujuan untuk menyucikan roh yang telah meninggal dan mempercepat proses kembalinya jasad yang telah meninggal ke alam asalnya.

Mungkin karena factor kedekatan geografis, di Lombok, terutama di Kota Mataram juga terdapat komunitas Hindu Bali yang jumlahnya cukup signifikan. Jadi tidak mengherankan apabila di sini pun kita bisa menyaksikan Ngaben. Tentunya, faktor keberuntungan juga berperan karena we’ll never know exactly when it will be held, not to mention as a visitor. Jadi, saya merasa sangat beruntung sekali.

Prosesi Ngaben

Prosesi Ngaben yang saya saksikan mulai dari prosesi di rumah keluarga yang sedang berduka, arak-arakan jenazah sampai akhirnya menuju tempat dilangsungkannya pembakaran jenazah. Saat prosesi di rumah duka saya hanya melihat dari teras penginapan, dan mereka memainkan kidung atau mungkin doa diiringi dengan alunan music tradisional Bali. Selanjutnya adalah prosesi pengarakan jenazah. Semua ikut serta mengantarkan jenazah, lengkap dengan alat music dan sesaji untuk ritual nantinya. 

Yang menarik adalah jenazah ditempatkan di sebuah peti (yang terlihat seperti tempat tidur, jujur saja) ditemani oleh anak laki-laki (kurang tahu pasti anak tertua atau bungsu. Ada yang tahu?) dan ditandu bersama-sama oleh para pria dewasa dan trust me ini bukan hal yang biasa ditemui. Mereka menghabiskan waktu beberapa menit saat di perempatan jalan melakukan ritual dengan tetap peti jenazah mereka pikul. Jarak dari rumah duka ke tempat Ngaben kurang lebih 2-3 kilometer. Jauh kalau ditempuh dengan jalan kaki ditambah harus memikul jenazah. Tapi itulah letak semangat kekerabatan dan kegotongroyongan yang saya lihat. Mereka sangat menjaga itu. Atau mungkin, bisa dikatakan mereka menjaga nilai agama dan budaya Bali dan dengan sendirinya solidaritas itu tergambarkan dari rangkaian ritual Ngaben tersebut. 

Ngaben, Hindu, Bali, Bakar, Jenazah
Jenazah dibawa ke tempat pembakaran prosesi Ngaben di Lombok

Sesampainya di tempat pembakaran, doa dilantunkan dan music tradisional Bali pun dimainkan. Sebelumnya saya meminta izin kepada pihak keluarga apakah saya bisa melihat sedikit lebih dekat dan apakah saya boleh merekam / mengambil gambar seperti halnya yang lain lakukan. Dan syukurlah mereka mengizinkan. Anyway, tidak mudah untuk melakukan Ngaben ini karena banyak pertimbangan, seperti pemilihan hari yang baik yang, bahkan, bahkan bisa memakan waktu berhari-hari.

Jenazah diletakkan di tempat pembakaran. Doa-doa dilantunkan oleh pendeta. Dan tiba saatnya pembakaran jenazah. Yang mengejutkan adalah bahwa yang saya lihat tidak sepenuhnya seperti yang saya lihat di televisi atau video, di mana jenazah diletakkan di tumpukan kayu bakar yang tinggi. Melainkan, jenazah diletakkan di atas tumpukan kayu (sedikit saja), di dalam sebuah kolom yang terbuat dari semen sebagai pembatas dan selanjutnya pembakaran menggunakan LPG. Ya, saya juga sempat terkejut. Jadi tabung LPG melon dihubungkan ke pipa yang selanjutnya akan mengeluarkan api yang bisa diarahkan dengan tangan. Mungkin untuk efisiensi dengan tidak menghapus esensi. I mean, all needed was ash, wasn’t it?

It was my very first time to see in person how a dead body was burnt. Beneran, pertama lihat jasad dibakar dan sempat nggak tega awalnya tapi karena dari awal sudah tahu akan berakhir seperti itu jadi lebih cepat tenang. That's the tradition and there's philosophy in it and it's deep. Ada yang menanyakan kepada saya “Apa tercium bau seperti daging bakar atau sejenisnya?” dan bisa dibilang tidak ada bau semacam itu. I expected that too to be honest but luckily no such thing smelled.

Setelah prosesi pembakaran jenazah, abu akan dilarung ke laut. Namun sayang saya tidak bisa mengikuti prosesi tersebut karena keterbatsan waktu. Somehow, berkesempatan menyaksikan prosesi sampai dengan pembakaran jenazah aja sudah privileged.


Share:

Review Film Nominasi Best Picture 2021

Bulan ini adalah bulan Oscars. Ya, Academy Awards akan dilaksanakan pada pertengahan April ini. It was so exciting to know which movies become nominated dan pastinya akan banyak prediksi tentang siapa yang akan membawa piala Oscar yang sangat bergengsi itu. 

Sebelum ke prediksi dan siapa saja yang dijagokan, mending lihat dulu tentang review film-film yang menjadi kandidat Best Picture 2021. Film yang menjadi nominee adalah Sound of Metal, Mank, Minari, The Father, Nomadland, The Trial of the Chicago 7, Promising Young Woman dan Judas And The Black Messiah. Secara umum genre film yang biasa masuk nominasi Best Picture Academy Awards adalah drama, baik itu adaptasi, biografi, sejarah yang berdasarkan kejadian nyata, dan yang mengangkat isu-isu yang masih relevan (perkecualian saat The Lord of The Rings: Return of The King juga masuk nominasi ini. Dan menang lagi. Wadidaw emang).

Anyway, review ini based on my experience ya dan pendapat ini personal. Okay, mari kita mulai. 

Sound of Metal

Film ini mengisahkan tentang Ruben Stone yang diperankan oleh Riz Ahmed, seorang drummer band heavy metal yang menjalani rangkaian tour dengan rekan band sekaligus vokalis sekaligus pacarnya, Lou yang diperankan oleh Olivia Cooke. Semua berjalan lancar sampai akhirnya ia terbangun dan pendengarannya terganggu. He barely hear nothing. Ia mencoba menyembunyikan apa yang menimpanya dari pacarnya, dan mencoba tetap tampil di depan public. Namun, akhirnya ia harus mengatakan semuanya kepada pacarnya tersebut dan kekacauan pun dimulai. Dari perbedaan pendapat tentang apa yang harus dilakukan, demi kesehatan atau demi karirnya. Hingga ia harus tinggal di komunitas tuna rungu. Apakah itu menjadi kisah akhir? Tentu saja tidak. Banyak konflik batin yang ia hadapi selama tinggal di sana. 
 

Mank

Film ini menceritakan tentang kisah karir seorang screenwriter bernama Herman J. Mankiewicz (Mank) yang diperankan oleh Gary Oldman. Cerita berawal saat ia berpacu dengan keterbatasan waktu dalam penulisan naskah film "Citizen Kane". Tidak hanya itu, kecanduannya terhadap alkohol tidak menambah baik keadaan. Cerita Citizen Kane sebenarnya adalah cerminan dari kisah kehidupannya. Di tengah-tengah cerita akan terdapat banyak flashback karena plot film ini campuran. Dalam flashback itu banyak kejadian yang membentuk pribadi Mank dan hubungannya dengan para pemangku industry perfilman. Di film ini bisa dilihat pertentangan antara idealisme Mank melawan beberapa orang besar yang mengendalikan bisnis media dan industry perfilman serta, politik. Juga hubungan spesialnya dengan aktris Marion Davies yang diperankan oleh Amanda Seyfried (yang jadi Cosette di film Les Miserables). Yang membuat film ini berbeda adalah tampilannya yang hitam putih, jadi benar-benar terasa klasiknya. 

Minari

Film ini menceritakan tentang keluarga Amerika keturunan Korea yang memutuskan untuk memulai hidup barunya di Arkansas. Keluarga kecil itu adalah Jacob (diperankan oleh Steven Yeun) , Monica beserta kedua anaknya yakni David dan Anne. Kehidupan keluarga Jacob yakni mereka bekerja sebagai penyortir ayam di perusahaan peternakan. Rencana besar Jacob untuk memulai bisnis perkebunan keluarga awalnya mendapat tentangan dari sang istri. Namun, akhirnya hal itu bisa diwujudkan. Di tengah-tengah cerita, kedatangan sang nenek membuat keadaan menjadi berwarna namun juga kompleks. Hubungan antara David dan neneknya tidaklah mudah. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menjadi dekat dan banyak drama yang terjadi. Permasalahan memuncak saat Jacob harus menerima kenyataan tentang perkebunannya dan perbedaan prinsip antara ia dan sang istri. Apakah mereka nantinya bisa menyelesaikan segala permasalahan tersebut?

The Father

Film ini mengusahkan tentang hubungan antara Anthony yang diperankan oleh Anthony Hopkins da anaknya yang bernama yang Anne diperankan oleh Olivia Colman (yang jadi Ratu Anne di film The Favourite). Kondisi Anthony yang sudah sepuh dan mulai kehilangan daya ingatnya serta kehidupan baru Anne membuat anaknya itu berada di posisi dilematis, yakni apakah ia akan tetap bersama sang ayah dan merawatnya atau ia akan memutuskan untuk pindah ke Paris bersama pasangannya. Dalam film ini diperlihatkan Anthony yang keras dan berusaha bersikap mandiri dan sebisa mungkin untuk tidak merepotkan anaknya di tengah kondisi fisiknya yang menurun. Namun, di balik semua sikapnya itu terdapat rasa sepi yang sebenarnya ia rasakan. Apakah semua akan berjalan sesuai rencananya atau pilihan dilematis anaknya?

Nomadland 

Film ini menceritakan tentang seorang wanita bernama Fern (aku langsung terbayang sayur pakis if you know what I mean) yang ditinggal mati suaminya, plus tempat ia bekerja mengalami kebangkrutan jadi otomatis dia tidak bekerja. Ia berjuang untuk melanjutkan hidupnya. Ia memutuskan untuk tetap melanjutnkan kehidupannya di van dan memulai perjalanan keliling Amerika Serikat sambil mencari kerja. Ia mendapati beberapa kesulitan seperti mendapatkan pekerjaan untuk bertahan hidup. Namun ia juga bertemu banyak orang dengan latar belakang dan pengalaman mereka. Ya, ia bertemu dengan komunitas van (which is personally so cool for me), dan mereka saling mendukung. I got your back and you got mine gitu. Di akhir cerita, ia dihadapakn dengan pilihan apakah ia akan melanjutkan kehidupannya seperti itu ataukah ada pilihan lain yang akan ia temukan. Film ini mengajarkan bagaimana kita harus siap dengan segala kemungkinan yang nanti bisa terjadi dari keputusan kita sekarang, dan bagaimana kita bisa melepaskan sesuatu yang memang sudah pergi, tapi hal itu tidak serta merta berarti bahwa mereka tidak berada dalam hati kita karena kenangan dan momen akan abadi. And you know what, some of the characters in the movie are the real person jadi berasa sentimental gitu. Keren. 

The Trial of the Chicago 7

Film ini bercerita tentang jalannya persidangan tuntutan negara bagian Illinois kepada tujuh orang yang diduga sebagai pemicu kerusuhan pada saat kongres Partai Demokrat di Chicago pada tahun 1968, thanks Perang Vietnam. Film ini merupakan ensemble cast movie jadi banyak actor terkenal, di antaranya Michael Keaton, Sacha Baron Cohen, Eddie Redmayne, dan masih banyak lagi. Di awal cerita kita disuguhkan dengan ketujuh tokoh tersebut dan mendapatkan jalannya peristiwa kerusuhan besar selama jalannya persidangan dari keterangan para saksi. Selain itu, integritas hakim juga menjadi sorotan di mana diskriminasi terhadap para terdakwa sangat terlihat sampai-sampai ini terkesan bukan siding pidana atau perdata, namun persidangan politik. Apakah hal itu benar-benar ada? Dan apakah ketujuh tokoh di film ini lolos dari jeratan hukum? Yang menarik dari film ini adalah ditampilkannya karakter Fred Hampton dari Black Panther Party yang untuk lebih detailnya bisa disimak di penjelasan tentang film selanjutnya, yakni:

Judas and the Black Messiah

Dari judulnya saja pasti sudah terbayang apa yang terjadi di film ini: pengkhianatan. Bahwa ancaman terbesar bukan dari luar, melainkan dari orang-orang terdekat. Jadi film ini bercerita tentang pemuda bajingan yang ditangkap karena merampok mobil, tapi, dia ditawarin bekerja jadi agent FBI (undercover) oleh agent Roy dan tugasnya adalah untuk menyusup ke Black Panther Party dan mendekati Fred Hampton.  Wait, siapa itu Fred Hampton dan apa itu Black Panther Party? Well, Fred Hampton adalah chairman Black Panther Party, sebuah organisasi anti kapitalisme, anti fasisme, Maoist, sosialis, what else? Kiri deh intinya. He's a prominent leader dengan program pendekatan ke masyarakat melalui program sarapan gratis untuk masyarakat miskin di Chicago, berhasil melakukan kerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya (either itu people of color or even white!) dan mendirikan Rainbow Coalition. Tapi seperti judulnya, akhir cerita ini seperti halnya dalam kisah Judas. One thing for us to always remember: those with authorities and tools and facilities can be either saviours for this damn world or--and commonly--become the worst creatures we can never imagine. Mereka yang memiliki kekuasaan dan perangkat serta fasilitas bisa menjadi entah itu penyelamat bagi umat manusia atau malah menjadi seburuk-buruknya makhluk hidup. 

Promising Young Woman

Mungkin di antara kedelapan film yang menjadi nominee Best Picture Academy Awards tahun 2021, film ini paling light yet unpredictable. Pada menit pertama I thought ini film tentang gay karena cuma disuguhi close-up pantat cowok dan risleting celana kerja dan mereka menari di atas lantai sebuah klub malam. Ternyata salah. Film ini bercerita tentang Cassandra (Cassie) yang--sesuai judulnya-- menjanjikan kepada temannya yang telah meninggal. I will stop depicting this movie now karena film ini unpredictable dan mendingan nonton langsung. It was really good I promise. Sudah itu aja. 

Jadi di antara kedelapan film ini mana yang akan membawa pulang piala Oscar? Tidak hanya Best Picture, tapi juga kategori major lainnya seperti Best Director, Best Actor dan Best Actress? I'll drop it on my next post. 

Share: