Babi siap antar. Lokasi: Pasar Bolu Rantepao Toraja |
Toraja adalah salah satu tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Daerah ini menawarkan banyak hal, mulai dari peninggalan nenek moyang, upacara adat / tradisional yang menjadi agenda wisata, rumah-rumah adat sampai dengan pasar yang berbeda dari daerah lain. I was so lucky to have a chance to visit the region.
Berangkat dari Makassar hampir tengah malam, bus melaju dengan kecepatan sedang menuju ke utara melalui jalan berkelok-kelok. Sekitar pukul setengah delapan pagi bus turun di Rantepao, dekat sekali dengan pasar hewan. Sebenarnya tempat pertama yang saya kunjungi adalah Rumah Tongkonan, tapi saya mau cerita tentang Pasar Bolu dulu (next post I'll be writing about them all).
Anyway, jadi siang itu setelah puas melihat rumah adat, saya lanjut ke pasar bolu. Sebelumnya telah browsing tentang pasar ini. Basically, Pasar Bolu Rantepao ini adalah pasar hewan di mana kita bisa melihat banyak sekali kerbau untuk diperjualbelikan. Harganya jangan tanya. Mahal. Dan sepertinya, kerbau menjadi hewan ternak yang cukup umum di Toraja dan Sulawesi Selatan pada umumnya, karena saya pernah lihat kerbau saat mengunjungi Benteng Somba Opu. Jadi saat tiba di sana, tidak begitu kaget dengan pemandangan kerbau mulai dari warna lumpur sampai pink dengan corak hitam. Meskipun tidak seramai seperti yang pernah ditayangkan di televisi, namun pasar ini cukup riuh dengan hiruk-pikuk pengunjung.
Potong rambut dulu, guys. |
Sampai akhirnya saya mendengar bunyi "ngok ngok" yang sedikit samar oleh bunyi kendaraan dan orang-orang. Dan ternyata, masih di kompleks pasar itu terdapat tempat penjualan babi. Banyak sekali orang yang menjual babi di sana. Jadi ada semacam petak-petak seperti umumnya di pasar tradisional, tapi dengan tembok setinggi lutut. Di dalamnya banyak babi yang "mager" menunggu pelanggan.
Ada beberapa babi berwarna hitam yang diatur sedemikian rupa (lihat di gambar), dan penjual dengan rajin menggunting rambut di sekujur badan mereka. Saya bertanya kenapa babinya di-trimming rambutnya. Dan ternyata alasannya adalah agar pembeli mengetahui seberapa gemuk babi yang akan dibeli. Ini karena babi rambutnya bisa tumbuh lebat dan menimbulkan kesan "menang bulu aja" sehingga pembeli akan enggan membeli.
Pandangan beralih ke babi yang berwarna pink. Jenis babi ini terlihat "gemoy" sekali karena warnanya yang pink cerah dan soft, serta badannya yang gemuk. Kebetulan saat melihat-lihat, ada pengunjung bapak-bapak yang membeli satu ekor babi dan dengan cekatannya babi tersebut diletakkan di jok motor untuk dibonceng ke rumah. Yang bikin kagum adalah bagaimana babi tersebut bisa dibonceng tanpa bikin motor oleng mengingat besarnya ukuran hewan itu. Saya cuma bisa melongo dan sesekali bilang "wow" saking takjubnya. I mean, it was my very first time to see all those things.
Cabe katokkon, cabe khas Toraja |
Puas dengan perbabian, saya berjalan ke luar pasar melewati orang-orang yang menjajakan dagangan lainnya seperti makanan dan sayur-sayuran. Saya berhenti di tempat bapak-bapak menjajakan dagangan sayur seperti tomat. Ternyata itu adalah lombok katokkon, cabe khas Toraja. Cabe ini sangat pedas dan bapaknya dengan senang hati memberikan satu buah untuk dicoba. Tentu saja, saya tidak mau mencobanya lagi. Kurang tahu apakah cabe ini hanya ada di Toraja atau bisa didapatkan juga di kota-kota lainnya.
Pasar tradisional adalah salah satu tempat yang harus dikunjungi apabila ingin mengetahui aktivitas warga lokal. Mulai dari kegiatan niaga sampai dengan komoditas (hasil bumi, kerajinan, makanan, hewan, dll) semua bisa dilihat di pasar tradisional. Dan Pasar Bolu Rantepao adalah pasar tradisional terunik yang pernah saya kunjungi. Hope I could go there again someday.