Setiap tahun, semua muslim di penjuru dunia akan mengalami apa yang kata mereka sebagai bulan penuh berkah dan pintu ampunan. Bulan untuk bisa semakin mendekatkan diri dengan sang pencipta, dengan menahan berbagai keinginan dan rasa.
Terutama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya, Ramadhan merupakan bulan yang sangat ditunggu-tunggu dengan berbagai macam perayaan untuk menyambut kedatangannya. Namun, terlepas dari hingar bingarnya, aku mencoba memahami makna puasa yang merupakan inti dari Ramadhan itu sendiri.
Berpuasa adalah menahan keinginan. Apapun keinginan itu. Mulai dari masalah fisik (makan, minum, dsb) sampai kebiasaan yang tidak kita sadari tidak baik bagi kita (gossiping, too much watching TV, marah,
dll). Intinya, menahan. Dan seringkali, kita tidak sabar untuk menahan sesuatu dari dalam diri kita.
Adanya dorongan untuk melakukan apapun merupakan hal yang wajar yang dimiliki setiap manusia. Entah itu dorongan untuk kebaikan atau sebaliknya. Inilah sebanarnya yang harus kita hadapi selama berpuasa. Personally, pemahaman bahwa di bulan puasa setan-setan dibelenggu memang ada benarnya. Bahwa apapun yang kita lakukan tidak ada hubungannya dengan setan, entah setan secara harafiah maupaun sebagai sebuah konsep. Kalaupun memang iya, tetap saja, tindakan kita adalah manifestasi dari keputusan yang kita buat. Dari ego yang ada dalam diri kita masing-masing. Lagipula, buat yang atheist, pemahaman tentang setan juga sangat sulit untuk diterima.
Secara keseluruhan, puasa adalah bentuk pengendalian diri. Dari keinginan-keinginan, dorongan ego. Dan, personally, IMHO, esensi puasa tidak hanya berlaku selama bulan Ramadhan, tapi selama kita hidup.
Selamat berpuasa :)
0 Post a Comment:
Posting Komentar