Cobain Sate Bulus Siong Banjarmasin


sate, bulus, Banjarmasin
Sate bulus siong Banjarmasin


Suka sama saté? Sate ayam atau sate kambing? Tunggu dulu, ada yang sedikit berbeda satenya kalau main ke Banjarmasin, yakni sate bulus.


Wait, what?

Iya. Sate bulus. Hewan jenis labi-labi ini selain terkenal dengan minyaknya, dagingnya juga bisa diolah sebagai sate. So actually I've known this place for a year already, tapi baru sempat coba. It's a small warung yang ada di ujung jalan Simpang Ulin, tembusannya Jalan Veteran Banjarmasin. Warung ini dikelola secara turun temurun, dan sekarang adalah generasi ketiga. Warung ini buka setelah tengah hari, mulai jam 2 siang sampai petang. 

Untuk harganya Rp7,500 per tusuk. Ada 4 potongan daging bulus di setiap tusuknya. Saya beli 1 tusuk saja, karena ini benar-benar pertama kali dan sayang nanti kalau tiba-tiba berubah pikiran sate ini akan terbuang sia-sia. Mau dikasih ke orang juga mereka belum tentu mau. I mean, it's a little bit unusual (okay, mungkin lebih tepatnya weird).

Rasanya?

Personally, rasanya enak. Just good. Kan ada 4 potongan daging, 3 diantaranya berupa daging dan 1 seperti lemak kenyal. Rasa dagingnya enak, warna dagingnya cokelat muda dan berserat. Namun tidak seperti daging sapi yang terkadang terasa sekali serat-seratnya. Dan ada bau khas I dunno how to describe, tidak terlalu mencolok tapi lumayan. 

Untungnya ada saos yang menjadi penyelamat. Saya yang terbuat dari cabe kering dan bawang merah ini mengurangi kesan "aneh" dari daging bulus dan membuatnya lebih diterima oleh lidah. Tapi tetap saja, bagian yang kenyal tidak aku makan because it's just too weird for me. 

Hmmm...penasaran gimana buatnya...

Tempat ini hanya membeli bulus yang masih hidup, jadi mereka mengolah sendiri dari proses awal. Dan tidak ada bulus yang disimpan di lemari es karena rasanya akan berbeda. Pengolahannya sendiri membutuhkan waktu sekitar 4 jam. 

Oh iya, selain sate, di sini juga ada minyak bulus yang dijual dengan berbagai ukuran. Mulai botol kecil sampai botol kemasan 100 ml. Minyak bulus ada yang berwarna kuning dan ada yang berwarna putih. Harga yang kuning lebih murah dibandingkan yang putih. Ini karena minyak bulus yang berwarna putih didapat melalui penjemuran bulus di bawah sinar matahari, bisa dibilang sedikit intervensi jadi lebih pure

Manfaat minyak bulus sendiri banyak, bisa Google aja sih. Haha. Karena penasaran, aku coba oleskan di punggung telapak tangan. Its just normal, like olive oil or sort of. Sampai akhirnya tercium bau yang sangat menonjol, dan tidak mengenakkan. It's just distinctively gross, to be honest. I mean, the smell. 

Overall, sate bulus is unique dan ini salah satu makanan yang relatively okay lah, apalagi ada saosnya. Not really bad at all. Though I'm still unsure whether I can take the complete portion at one time. 


Share:

Uniknya Air Terjun Janda Beranak Tiga

air, terjun, janda beranak tiga, kalimantan selatan
Salah satu tingkatan Air Terjun Janda Beranak Tiga


Ya. Air Terjun Janda Beranak Tiga. Nama yang unik untuk sebuah air terjun. Nama ini lebih unik daripada Rumah Jomblo dan penampakannya. Atau mungkin aneh? Well...

Kok bisa namanya "Janda Beranak Tiga"?

Saya coba tanya ke orang-orang di sekitar area tentang asal nama tersebut. Dan mereka memberikan jawaban yang kurang meyakinkan. Penamaan itu dilakukan agar menarik aja. Biar unik. So I got the point. Pada dasarnya bisa saja tempat ini diberi nama selain "janda dan predikat lain setelahnya", asalkan menarik. Jadi dari nama yang "nyeleneh" ini orang akan penasaran dan mulai mencari info dan mungkin saja berkunjung, dan itu sebenarnya tujuan utamanya: menarik pengunjung. 

Belum puas dengan penjelasan tadi. Jadi mulai bangun asumsi. Mungkin saja karena di air terjun ini ada tiga tingkatan utama (keliatan tinggi sehingga lebih seperti air terjun, bukan sebatas sungai terjal), dan mungkin air terjun tersebut berasal dari sumber tunggal (makanya disebut janda). Entahlah. Karena kita harus naik ke hulu untuk tahu exactly sumber-sumber air yang supply  debit air terjun ini. Jadi, lupakan asumsi tidak penting ini. It failed itself.

Dan akhirnya jawaban ditemukan di Google. Tentu saja! Jadi air terjun ini baru-baru saja ditemukan secara tidak sengaja oleh warga yang membuka jalur track. Penamaannya berkaitan dengan lokasi air terjun yang dulunya hutan tempat persembunyian warga dan keluarganya di era penjajahan Jepang, berdasarkan cerita kakek nenek. So basically, unsur historis yang menjadi dasar penamaan air terjun ini. Whatever they named it lah ya, however, nama Air Terjun Janda Beranak Tiga ini  unik dan mampu menarik masyarakat untuk mengetahui seperti apa sih. Dan kembali lagi, tujuan utama adalah membuat orang-orang berkunjung, pendapatan masuk, dan operasional tetap berjalan bahkan berkembang nantinya. That's the point!


Okay, setelah sampai lokasi terus...?

Tidak semudah itu, Alfonso. Jadi ada beberapa hal menarik di tempat ini. 

Karena tempat ini baru (ditemukan), fasilitas penunjang pun belum siap 100%. Seperti toliet umum dan tempat sampah, dua hal esensial untuk tempat wisata. Ini penting karena pengunjung akan membawa makanan, minuman dan lain-lain yang akhirnya menjadi sampah. Dan kebiasaan banyak pengunjung membuangnya sembarangan. Di negara bekas koloni Belanda satu ini memang dilematis ketika ada tempat baru yang menarik. Apalagi wisata-wisata alam. Dilematisnya adalah masyarakat ingin menikmati alam tapi kesadaran menjaga lingkungan juga masih rendah, seperti membuang sampah sembarangan. Sangat selfish ketika pengunjung datang, foto-foto, bawa makanan terus ditinggal begitu saja. Pengen tak hiihhhh!

Saya sengaja tidak foto sampah-sampah karena ini bukan slum tourism di Jakarta. Setidaknya, sampah-sampah itu tidak di sungai jadi tidak mencemari air. Dan dengan pengembangan nantinya, saya yakin masalah ini akan teratasi, at least tidak ada sampah. Atau sampah dibuang di tempat sampah. It would be enough kok, nggak muluk-muluk. 



tanah merah, jalan, air terjun, janda beranak tiga
Jalan menuju ke air terjun berupa tanah merah

Jalan menuju air terjun masih berupa tanah merah yang becek (berlumpur) sehabis hujan. Personally, I like it. Lebih adventurous aja, entah jalan kaki atau naik motor atau bersepeda. Ditambah ada sungai kecil jernih yang harus diseberangi. Kalaupun nanti jalan dibangun, I hope it's not the fancy road they build. Jadi, yang jalan kaki nyaman, yang naik motor atau sepeda masih bisa merasakan serunya medan. Apalagi jalannya naik turun. Uh!

Yang menarik adalah bahwa di kawasan ini dilarang membuang puntung rokok / membuat api sembarangan. Memang kawasan ini bukan hutan belantara (It's hard to find jungle here anyway. Too bad. I mean, it's Borneo and no jungle?), tapi lebih ke bukit kecil dengan semak-semak tinggi. Bisa jadi saat musim kemarau, tempat ini rawan kebakaran. Dan bisa jadi debit air juga akan berkurang.

Setelah sekitar 15 menit perjalanan (8 menit kalau dengan kecepatan berjalan orang Singapore), akhirnya sampai juga di air terjun. Dan yang pertama kali terlintas di pikiran adalah airnya jernih sekali. Air terjun ini memiliki setidaknya 3 tingkatan (yang terlihat tinggi). Dua tingkat berada di bawah dan jaraknya berdekatan, sedangkan yang satu sedikit jauh di atas. Ini berdasarkan hasil tracking saya yang terbatas. Bisa jadi ada banyak lagi tingkatan air terjun kalau naik lagi ke arah hulu. Yang pasti, airnya di sini sangat jernih dan segar. Banyak yang bisa dilakukan di sini, seperti menikmati suara aliran sungai, main air, foto-foto, membaca buku sambil menikmati suara air (that's what I had then actually). Enaknya adalah karena air terjun ini tidak terlalu tinggi dan kita bisa naik melalui jalan setapak di samping sungai, jadi ada banyak spot untuk menikmati pemandangan. Dan ketika banyak tingkatan yang bisa diakses, semakin banyak pula tempat untuk bersantai.

Jadi kesimpulannya adalah...

Air terjun ini memiliki keunikan mulai dari penemuannya, penamaannya, jalan menuju ke sana yang adventurous serta banyaknya tingkatan air terjun. Terlepas dari keunikannya dan manfaat ekonomi, dari pembukaan tempat wisata baru ini, masyarakat nanti bisa lebih aware sih dengan lingkungan. Seperti "Hey, kita nggak mau air terjun ini debit airnya terganggu." Jadi secara tidak langsung mengingatkan semuanya untuk menjaga tidak hanya sepanjang sungai tapi sumber asal di hulu, simply because it's the core of the attraction: water.


Informasi dasar:

  • Air terjun Janda Beranak Tiga berada di desa Kiram. Dari Banjarmasin berjarak ±50 kilometer, atau ±18 kilometer dari Banjarbaru. Sudah ada di Google maps, just seach it there.
  • Akses menuju ke sana cukup mudah. Dari bundaran Banjarbaru, lurus ke arah Mandiangin. Setelah ada pertigaan, ambil jalur kanan ke arah Mandiangin, setelah itu ada pertigaan lagi ambil kanan menuju arah Gunung Mawar. Ikuti saja jalan itu sampai ada pertigaan dengan banner mengarah ke kiri. Then you just follow the signages. Et voilà! Sampai!
  • Pengunjung harus jalan kaki ±1 kilometer dengan melewati setidaknya 2 sungai kecil. Bisa juga menggunakan jasa ojek dengan membayar Rp15,000.
  • Tidak ada tiket masuk, hanya kontribusi parkir untuk kendaraan. Siapkan saja uang pecahan Rp2.000 dan Rp5.000.


Referensi:
Di Balik Nama Wisata Baru Air Terjun Janda Beranak Tiga Di Desa Kiram
https://klikkalsel.com/di-balik-nama-wisata-baru-air-terjun-janda-beranak-tiga-di-desa-kiram/




Share:

Setelah Kematian

Sedikit tergelitik karena banyak sekali berita kematian belakangan ini. Mungkin beberapa di antara kita ada yang "Oh, meninggal. Innalillahi" atau "Omigod. Nggak percaya" dengan berbagai ekspresi, mulai wajar sampai terkejut atau bahkan takut. Sebenarnya apa yang terjadi setelah kita meninggal nanti?

Ada berbagai versi apa yang terjadi setelah kematian, dalam beberapa agama meskipun secara teknis berbeda tapi pada intinya akan menuju ke hal yang sama: kehidupan abadi. Tapi seperti apa kehidupan abadi itu? Jadi konsep kehidupan kembali setelah kita mati adalah apa yang sebagian besar berlaku dipercaya oleh sebagian besar orang. Terutama mereka yang beragama, entah agama Abrahamik atau agama-agama besar Asia lainnya. Dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam mengenal kebangkitan setelah kematian, dan adanya konsep surga dan hukuman, meskipun secara teknis sedikit berbeda satu sama lainnya tapi intinya kurang lebih sama. The big picture is basically the same. Agama lainnya mengenal konsep reinkarnasi, terulangnya kehidupan sampai tercapainya kesempurnaan rohani, mencapai nirvana. Semua bermuara ke kehidupan abadi bahagia. 

Mungkin bagi yang skeptis dengan penjelasan di atas akan mengernyitkan dahi dan mengangkat alis. Ya, karena itu bagian dari doktrin agama dari kecil. Ada versi yang lebih mudah diterima tentang apa yang terjadi setelah kematian yakni proses peleburan tubuh dengan alam. Sederhana saja, tubuh akan mengalami kematian sel, diikuti dengan pembusukan organ-organ dan akhirnya tubuh akan terurai. Ini akan berlaku entah tubuh yang telah mati dibiarkan tergeletak begitu saja, atau dimakamkan. Tentunya perlakuan-perlakuan tersebut akan berbeda dalam cepat tidaknya pembusukan. Seperti, orang yang dimakamkan dengan dimasukkan langsung ke liang lahat akan mempunyai kemungkinan pembusukan lebih cepat, karena adanya peran organisme pengurai di dalam tanah. Ada juga yang lama mengalami proses penguraian, misalnya karena berada di daerah permafrost, jadi tubuh seperti disimpan di freezer. Namun ada juga campur tangan lain seperti mumifikasi, atau pembakaran jenazah dan kremasi, sebelum akhirnya dilarung kembali ke alam, atau sekedar disimpan di guci di ruang keluarga. 

Mungkin ada yang beranggapan bahwa kehidupan kembali setelah kematian (afterlife) hanya sebagai obat keputusasaan dan rasa takut akan kematian itu sendiri. Karena pengalaman manusia di dunia ini adalah hidup. Jadi seperti "Tenang, kamu akan baik-baik saja. Ada kedamaian yang lebih besar dan kekal nanti", padahal juga tidak diketahui dengan pasti seperti apa nantinya. Setidaknya, dibentuknya keyakinan akan konsep tersebut memberikan kekuatan kepada individu dalam menerima konsep kematian itu sendiri, jadi orang bisa lebih menikmati hidup. 

Terlepas dengan adanya kehidupan setelah kematian, bisa dipastikan secara fisik tubuh akan kembali ke alam. Entah zat-zat dalam tubuh bermanfaat untuk mendukung kehidupan baru di dalam tanah, memberikan nutrisi dengan abu-abu yang dilarung ke sungai atau laut atau luar angkasa, kematian memberikan gambaran tentang siklus kehidupan yang tetap memberikan manfaat tanpa kita sadari. Bukankah banyak yang ingin tetap bermanfaat bahkan setelah meninggal? Mungkin bukan berupa legacy nilai-nilai kehidupan yang berdampak besar, atau penemuan-penemuan revolusioner, tapi dengan betapa signifikan tubuh yang terurai berperan dalam kehidupan selanjutnya bisa sedikit memberikan gambaran yang pasti. Ya, mungkin bukan kehidupan abadi di surga yang indah, tapi setidaknya tahu pasti kemana akan kembali: alam akan mengabadikan kita dalam proses kehidupan organisme yang akan terus berlanjut.


Share: