Breathtaking Triton Bay

 

Triton bay, kaimana, west papua
Triton Bay, Kaimana, West Papua

I can never believe while I’m writing this, just to share with you what I had experienced and seen. It was so beautiful that I really wanted to stay there as long as I could and it would’ve been very long. 


Well, go to the points.


Where is Triton Bay and How to Get There?

Triton Bay is in Kaimana, West Papua. It’s in the “neck of the bird” of the New Guinea Island, popularly called the island of Papua. Triton Bay is facing the Arafura Sea and Iris Strait, and it’s a part of conservation area in Kaimana. This area is abundant of sea lives from tiny creatures to gigantic mammals such as whales, dolphins and a little bit far from it, the whalesharks. It’s reachable by boats, 90 minutes away from Kaimana. The best time to visit is by avoiding June-August as the weather gets shtty during those three months.

There lies some villages like Lobo and Kamaka. But we’ll skip the villages as we’re going to lagoon area called Ermun.

So let’s go!

Ermun is in the inner part of the bay. It’s a lagoon area with islets and rocks standing. It’s also the starting point if we want to hike to see the view from the peak. It has white sand beach with calm waves for us to laze around and forget about all the bills and mortgage for a moment. 

There are hundreds of steps to go up through before reaching the peak. There are estimated around 780 steps up (my friend counted it that made me like "really?"). I went there before they made the steps so ya, it’s more adventurous and wild. But anyway, it’s in the island where less human can be found so still, it’s wild. 

On the way there we can see many things, from plants like nutmeg trees to animals (big ants, butterflies and birds). Once you get up there, you’ll see the panoramic view down there, the lagoon with rock and islets stuck, the gradation of the sea water. Breathtaking. We can later on have like a short tour around the lagoon. Marble rays swimming in shallow water, and birds flying above are what we see. It's just peaceful.


Is that all?

Actually, this place is also good to see the birds of paradise. But there is no comprehensive information about how and when to do it, and the guides to hire and how much it costs. Too bad. Anyway, Triton Bay is another signature landscape with richness in sea lives and pretty much pristine environment. If you’re tired with Raja Ampat (which is very hard to be so), you can drop by here and escape the bustle.  

Share:

"Free Woman": Lagu self-empowerment dari album Lady Gaga "Chromatica"

Banyak hal mengejutkan di album Chromatica yang dirilis pertengahan tahun 2020. Lady Gaga menyuguhkan beat yang mengingatkan dengan nuansa disko tahun 80-90an. Dengan sentuhan Eurodance di track-nya, Chromatica menjadi satu paket penyemangat di tengah pandemi Covid-19. Namun, yang juga menarik perhatian adalah lirik lagu-lagu di album Chromatica yang penuh dengan pesan penyemangat, kesetaraan gender dan pastinya selebrasi. Salah satunya adalah lagu yang berjudul Free Woman.

Track kelima dari Chromatica ini memiliki lirik yang menekankan kebebasan akan beban berat dan rasa percaya diri. Menurut Lady Gaga lagu ini berkisah tentang perjalanannya melewati masa sulit ketika mengalami pelecehan seksual. Ia menyatakan

"Saya mengalami pelecehan seksual oleh seorang produser musik. (Kejadian) itu memperburuk pendapat saya tentang kehidupan, pendapat tentang dunia, pendapat tentang industri (musik), apa yang saya miliki untuk berdamai dan melewati ini semua sampai pada titik saya berada sekarang. Saya harus menerimanya. Dan ketika saya akhirnya bisa merayakannya, saya berkata, "Tahu nggak sih? Saya tidak akan bilang kalau saya itu penyintas atau seorang korban kekerasan seksual. Saya hanya seorang yang bebas yang telah melewati kejadian-kejadian yang sangat buruk."

Baris pertama

"I walk the downtown, hear my sound"

Memiliki arti saat dia melewati masa-masa tidak mudah. Dan hanya dia yang tahu. Dia mencoba memahami dirinya. 


Bagian yang paling saya suka adalah di chorus:

"I'm not nothing without a steady hand
I'm not nothing unless I know I care
I'm still something if I don't got a man
I'm a free woman"

Apapun yang terjadi (dengan diri), rasa yakin dan self-esteem lah yang akan menguatkan diri kita sendiri. Apalagi pada bagian "If I don't get a man" yang menyiratkan untuk tidak bergantung pada bersama dengan seseorang, bahwa hubungan itu tidak semata-mata sebagai kekasih yang bisa membuat kita hampa tanpanya. 

Yang saya suka selanjutnya adalah saat ia menyanyikan bagian

"This is the dancefloor I fought for
Ain't hard, that's what I'm living for"

Yang menurut saya bukti integritas Lady Gaga dan dedikasinya kepada musik dan cita-cita (hal-hal besar) yang ingin ia wujudkan melalui musik. Apapun yang telah terjadi yang menimpanya selama berkarir. Ini berlanjut pada bagian

"We own the downtown, hear our sound"

Dukungan dan solidaritas yang akhirnya bisa saling menguatkan. Lagu ini meskipun berjudul Free Woman tapi maksud lagu ini universal dan pastinya lintas gender. Dengan beat club era 90an, pesan positif lagu ini dapat tersampaikan dengan nuansa selebrasi. Penekanan I'm a free woman dan repetitif di bagian akhir lagu seakan berkata "bangga telah dapat melewatinya."






Referensi:
"The Powerful Reason Why Lady Gaga Won't Call Herself A "Survivor Of Sexual Assault""
https://www.vogue.co.uk/news/article/lady-gaga-sexual-assault
Share:

One Day Trip Berastagi, Sumatra Utara


pasar, makan buah, berastagi, Sumatra utara
Makan buah di pasar buah Berastagi, Sumatra Utara 


Kalau berbicara tentang Sumatra Utara pasti yang terlintas adalah: Medan dan Danau Toba. Belum ke Sumatra Utara kalau belum ke Medan atau Danau Toba. Namun, cerita di sini bukan tentang Medan atau Danau Toba, melainkan sebuah kota kecil dan sejuk bernama Berastagi. 

Kami berempat, aku, Sari, Indra dan Reza melakukan one day trip Berastagi dari Medan. Kegilaan sempat terjadi malam sebelum kami berangkat. Mulai kami kehilangan jejak satu sama lain ketika berada di Lapangan Merdeka Medan sampai akhirnya ada kabar bahwa Sari ngompol. Iya, Sari ngompol dan kami semua tidak tahu bagaimana bisa. 

Berastagi ada di mana?

Berastagi adalah sebuah kota kecil yang berada kabupaten Karo, Sumatra Utara. Jaraknya ±60 kilometer dari Medan. Karena berada di ketinggian, kota ini memiliki hawa sejuk, seperti Kota Batu di Jawa Timur. Ini adalah kampung halamannya Judika, penyanyi terkenal jebolan Indonesian Idol. Sepanjang perjalanan, aku dan Sari penasaran di mana rumah Judika, mungkin bisa mampir silaturahmi. 

Transportasi ke Berastagi

Ada beberapa pilihan yang bisa diambil untuk menuju Brastagi dalam one day trip kami, yakni:

  • Naik angkutan umum: banyak tersedia angkutan umum dari dan ke Berastagi. Kami naik bus. Kami naik dari Simpang Pos Medan, dan perjalanan ditempuh dalam waktu ±2 jam. Enaknya naik angkutan umum adalah lebih murah, cuma Rp10,000 saja untuk tiket busnya. Note: selalu tanya terlebih dahulu ya jurusan busnya, sebelum naik. Bagi yang mabuk darat harus siap-siap mental dan kantong muntahan karena jalanan berliku naik turun dan semua orang sudah mengenal sopir Medan seperti apa menghadapi jalanan. 
  • Naik mobil bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih sama. Ingat ya jalanan berliku naik turun jadi harus tetap waspada.
  • Naik motor. I don't really recommend this but selalu hati-hati ya!

tugu perjuangan, berastagi, tanah karo
Tugu Perjuangan Berastagi


Apa saja yang ada di Berastagi?

Sepanjang perjalanan kami melihat rumah yang di halaman depan atau di samping rumah terdapat kuburan. Kami bertanya-tanya kenapa tidak di pemakaman umum seperti biasanya? Mungkin ada yang bisa menjelaskan?

Kami sampai Berastagi pukul 11 pagi. Kami menyusuri jalanan melewati Tugu Perjuangan Berastagi yang terletak di bundaran di tengah kota. Hal yang kami lakukan setelah kami sampai adalah mencari tempat makan. Kami lapar sekali. Oh iya di sini kalau mau cari makanan halal tinggal ke warung yang ada tulisan halal atau muslim. Berikut beberapa tempat yang kami kunjungi selama one day tour di Berastagi.

Pasar Buah Berastagi

Ini adalah tempat yang paling aku sukai di sini. Di pasar ini terdapat berbagai macam buah dan sayur hasil petani lokal. Mulai apel, jeruk, tomat sampai beberapa yang bahkan kami tidak tahu itu apa. Buahnya berwarna-warni dan terlihat segar. Aku tergoda dengan tomat besar di salah satu stand. Aku membeli 4 buah, dibagikan ke teman-teman dan langsung di makan di tempat. Enak banget!!!

pasar buah berastagi, tanah karo, sumatra utara
Pasar Buah Berastagi, Sumatra Utara

Selain buah, di sini juga menjual aneka makanan dan souvernir. Kami sibuk memilih souvenir untuk dibeli. Ada kerajinan kayu yang berbentuk rumah adat Karo, gantungan kunci, baju dan kain-kain tradisional. Aku membeli beberapa souvenir dan di salah satu stan ternyata ada yang menjual uang keluaran lama. Ada yang dari tahun 1950an, ada juga dari tahun 1980-1990an. Aku membeli uang kertas pecahan Rp500 yang gambar orangutan itu dengan harga Rp20.000 rupiah.

Itu aja? Ternyata tidak. Kami bertiga coba naik kuda yang disewa. Kudanya tidak besar, seperti kuda anakan. Kami berkeliling, melewati museum dan kembali lagi ke titik awal. Lumayan menantang karena tidak seperti di Bromo dengan area luas untuk menunggang kuda, di sini kami lewat pinggir jalan raya yang naik turun. Jadi takut jatuh dan ditabrak atau nabrak kendaraan yang lewat. But we had fun!

Museum Pusaka Karo

Di museum ini terdapat beberapa benda peninggalan yang menjadi bentuk budaya masyarakat adat Tanah Karo seperti baju, topeng, ilustrasi kehidupan masa lalu, senjata, miniatur rumah adat Karo dan beberapa koleksi koin. Kami menyumbangkan mata uang asing yang kami miliki seperti Ringgit Malaysia, Peso Filipina, Dollar Singapura dan Bath Thailand untuk menambah koleksi museum. Sama seperti museum-museum pada umumnya, tempat ini juga sepi pengunjung. Untuk tiket masuknya adalah Rp0.00 alias gratis.


koleksi, museum, tanah karo, artefak,
Salah satu koleksi Museum Pusaka Karo, Berastagi, Sumatra Utara


Gereja Katolik Inkulturatif Karo St. Fransiskus Asisi

Gereja ini adalah perpaduan budaya Kato dengan Kristen. Seriously gerejanya bagus dan unik sekali. Bangunannya berbentuk rumah adat Karo dan jujur tidak terlihat seperti gereja pada umumnya. Warna bangunan didominasi hitam, putih dan merah. Gereja ini diinagurasikan oleh archbishop Medan, kita bisa melihat dari foto-foto yang terpajang di gereja. Entah berapa ratus kali Sari memencet tombol kamera dan mengarahkannya ke dirinya sendiri. Menurutku ini bangunan paling kece di Berastagi. Gereja ini berada di pinggir jalan besar jadi tidak akan sulit menemukannya. 

Pemandian air panas gunung Sibayak. 

Brastagi berada di bawah gunung berapi aktif dan banyak sekali sumber air panas di sini. Banyak yang akhirnya dijadikan pemandian. Kami menghabiskan waktu sore itu dengan berendam di air panas dan itu nyaman sekali di tengah dinginnya cuaca Brastagi. Bayangkan saja jam setengah dua siang cuaca sudah berkabut. Berastagi adalah salah satu kota terdingin di Indonesia yang pernah ku kunjungi.

Berendam di pemandian air panas adalah kegiatan terakhir di one day trip di Brastagi, Sumatra Utara. Kami menunggu lumayan lama sebelum akhirnya bus tujuan Medan tiba. FYI ya untuk bus jurusan Medan tidak 24 jam ya jadi jangan sampai kemalaman. Otherwise, you have to stay overnight

Karena kami penumpang terakhir yang masuk jadi hanya kebagian sisa kursi dan berpencar. Sari dan Indra duduk di tengah berpencar, sedangkan aku dan Reza kebagian kursi jackpot di bagian paling belakang. Bisa dibayangkan sepanjang perjalanan seperti naik rollercoaster. Segera setelah turun dari bus, Reza memuntahkan isi perutnya. Mungkin karena sejak di dalam bus ia berusaha menahan sensasi warr werrr yang bikin pusing, jadi setelah sampai inilah saat pelampiasan.

"Gak papa lo?" Tanya Indra.

"Jeroan masih nempel di perut. Nggak papa." Jawab Reza di sela-sela muntahnya. 

Nggak perlu alkohol untuk mabuk di sini. Cukup naik bus Medan-Berastagi. 

Anyway, ada yang bisa menambahkan tempat mana saja untuk dikunjungi selama di Berastagi? 








Share: