|
Salah satu tingkatan Air Terjun Janda Beranak Tiga |
Ya. Air Terjun Janda Beranak Tiga. Nama yang unik untuk sebuah air terjun. Nama ini lebih unik daripada Rumah Jomblo dan penampakannya. Atau mungkin aneh? Well...
Kok bisa namanya "Janda Beranak Tiga"?
Saya coba tanya ke orang-orang di sekitar area tentang asal nama tersebut. Dan mereka memberikan jawaban yang kurang meyakinkan. Penamaan itu dilakukan agar menarik aja. Biar unik. So I got the point. Pada dasarnya bisa saja tempat ini diberi nama selain "janda dan predikat lain setelahnya", asalkan menarik. Jadi dari nama yang "nyeleneh" ini orang akan penasaran dan mulai mencari info dan mungkin saja berkunjung, dan itu sebenarnya tujuan utamanya: menarik pengunjung.
Belum puas dengan penjelasan tadi. Jadi mulai bangun asumsi. Mungkin saja karena di air terjun ini ada tiga tingkatan utama (keliatan tinggi sehingga lebih seperti air terjun, bukan sebatas sungai terjal), dan mungkin air terjun tersebut berasal dari sumber tunggal (makanya disebut janda). Entahlah. Karena kita harus naik ke hulu untuk tahu exactly sumber-sumber air yang supply debit air terjun ini. Jadi, lupakan asumsi tidak penting ini. It failed itself.
Dan akhirnya jawaban ditemukan di Google. Tentu saja! Jadi air terjun ini baru-baru saja ditemukan secara tidak sengaja oleh warga yang membuka jalur track. Penamaannya berkaitan dengan lokasi air terjun yang dulunya hutan tempat persembunyian warga dan keluarganya di era penjajahan Jepang, berdasarkan cerita kakek nenek. So basically, unsur historis yang menjadi dasar penamaan air terjun ini. Whatever they named it lah ya, however, nama Air Terjun Janda Beranak Tiga ini unik dan mampu menarik masyarakat untuk mengetahui seperti apa sih. Dan kembali lagi, tujuan utama adalah membuat orang-orang berkunjung, pendapatan masuk, dan operasional tetap berjalan bahkan berkembang nantinya. That's the point!
Okay, setelah sampai lokasi terus...?
Tidak semudah itu, Alfonso. Jadi ada beberapa hal menarik di tempat ini.
Karena tempat ini baru (ditemukan), fasilitas penunjang pun belum siap 100%. Seperti toliet umum dan tempat sampah, dua hal esensial untuk tempat wisata. Ini penting karena pengunjung akan membawa makanan, minuman dan lain-lain yang akhirnya menjadi sampah. Dan kebiasaan banyak pengunjung membuangnya sembarangan. Di negara bekas koloni Belanda satu ini memang dilematis ketika ada tempat baru yang menarik. Apalagi wisata-wisata alam. Dilematisnya adalah masyarakat ingin menikmati alam tapi kesadaran menjaga lingkungan juga masih rendah, seperti membuang sampah sembarangan. Sangat selfish ketika pengunjung datang, foto-foto, bawa makanan terus ditinggal begitu saja. Pengen tak hiihhhh!
Saya sengaja tidak foto sampah-sampah karena ini bukan slum tourism di Jakarta. Setidaknya, sampah-sampah itu tidak di sungai jadi tidak mencemari air. Dan dengan pengembangan nantinya, saya yakin masalah ini akan teratasi, at least tidak ada sampah. Atau sampah dibuang di tempat sampah. It would be enough kok, nggak muluk-muluk.
|
Jalan menuju ke air terjun berupa tanah merah |
Jalan menuju air terjun masih berupa tanah merah yang becek (berlumpur) sehabis hujan. Personally, I like it. Lebih adventurous aja, entah jalan kaki atau naik motor atau bersepeda. Ditambah ada sungai kecil jernih yang harus diseberangi. Kalaupun nanti jalan dibangun, I hope it's not the fancy road they build. Jadi, yang jalan kaki nyaman, yang naik motor atau sepeda masih bisa merasakan serunya medan. Apalagi jalannya naik turun. Uh!
Yang menarik adalah bahwa di kawasan ini dilarang membuang puntung rokok / membuat api sembarangan. Memang kawasan ini bukan hutan belantara (It's hard to find jungle here anyway. Too bad. I mean, it's Borneo and no jungle?), tapi lebih ke bukit kecil dengan semak-semak tinggi. Bisa jadi saat musim kemarau, tempat ini rawan kebakaran. Dan bisa jadi debit air juga akan berkurang.
Setelah sekitar 15 menit perjalanan (8 menit kalau dengan kecepatan berjalan orang Singapore), akhirnya sampai juga di air terjun. Dan yang pertama kali terlintas di pikiran adalah airnya jernih sekali. Air terjun ini memiliki setidaknya 3 tingkatan (yang terlihat tinggi). Dua tingkat berada di bawah dan jaraknya berdekatan, sedangkan yang satu sedikit jauh di atas. Ini berdasarkan hasil tracking saya yang terbatas. Bisa jadi ada banyak lagi tingkatan air terjun kalau naik lagi ke arah hulu. Yang pasti, airnya di sini sangat jernih dan segar. Banyak yang bisa dilakukan di sini, seperti menikmati suara aliran sungai, main air, foto-foto, membaca buku sambil menikmati suara air (that's what I had then actually). Enaknya adalah karena air terjun ini tidak terlalu tinggi dan kita bisa naik melalui jalan setapak di samping sungai, jadi ada banyak spot untuk menikmati pemandangan. Dan ketika banyak tingkatan yang bisa diakses, semakin banyak pula tempat untuk bersantai.
Jadi kesimpulannya adalah...
Air terjun ini memiliki keunikan mulai dari penemuannya, penamaannya, jalan menuju ke sana yang adventurous serta banyaknya tingkatan air terjun. Terlepas dari keunikannya dan manfaat ekonomi, dari pembukaan tempat wisata baru ini, masyarakat nanti bisa lebih aware sih dengan lingkungan. Seperti "Hey, kita nggak mau air terjun ini debit airnya terganggu." Jadi secara tidak langsung mengingatkan semuanya untuk menjaga tidak hanya sepanjang sungai tapi sumber asal di hulu, simply because it's the core of the attraction: water.
Informasi dasar:
- Air terjun Janda Beranak Tiga berada di desa Kiram. Dari Banjarmasin berjarak ±50 kilometer, atau ±18 kilometer dari Banjarbaru. Sudah ada di Google maps, just seach it there.
- Akses menuju ke sana cukup mudah. Dari bundaran Banjarbaru, lurus ke arah Mandiangin. Setelah ada pertigaan, ambil jalur kanan ke arah Mandiangin, setelah itu ada pertigaan lagi ambil kanan menuju arah Gunung Mawar. Ikuti saja jalan itu sampai ada pertigaan dengan banner mengarah ke kiri. Then you just follow the signages. Et voilà ! Sampai!
- Pengunjung harus jalan kaki ±1 kilometer dengan melewati setidaknya 2 sungai kecil. Bisa juga menggunakan jasa ojek dengan membayar Rp15,000.
- Tidak ada tiket masuk, hanya kontribusi parkir untuk kendaraan. Siapkan saja uang pecahan Rp2.000 dan Rp5.000.
Referensi:
Di Balik Nama Wisata Baru Air Terjun Janda Beranak Tiga Di Desa Kiram
https://klikkalsel.com/di-balik-nama-wisata-baru-air-terjun-janda-beranak-tiga-di-desa-kiram/