Menyedihkan banget pas baca berita tentang netizen Indonesia yang menyerang akun Instagram pasangan gay Thailand dengan kata-kata hina dan bahkan kirim pesan ancaman pembunuhan hanya karena pasangan gay Thailand memposting foto pernikahan mereka yang bahkan diadakan di negara mereka sendiri.
Jadi ada pasangan gay asal Thailand memposting foto pernikahan mereka di social media . Dari situ banjir lah komentar dari netizen Indonesia yang bilang ini dilarang agama lah, ini bikin cepat kiamat lah, dan masih banyak lagi. Ini sangat disayangkan karena sekali lagi netizen Indonesia membuktikan bahwa mereka memang netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Terlebih, merek masih belum siap dengan perbedaan. Mereka menghujat (judgemental), bullies, dan ya, homophobic.
"Loh, tapi kan itu memang dilarang agama?"
Mungkin ada yang tetap berpendapat seperti itu. Well, gini deh. Kalau masalah dilarang agama, ngatain orang dengan perkataan kasar apalagi kirim pesan ancaman pembunuhan itu juga dilarang agama. Itu yang paling pertama yang harus di-highlight sebelum ngomongin tentang "posting foto pernihakan pasangan gay".
Apa tindakan mereka merugikan orang Indonesia? Tidak. Kalaupun iya, tolong berikan contoh kerugian apa yang diakibatkan oleh pasangan tersebut.
Mungkin mereka yang ngata-ngatain itu juga nggak sadar kalau di social media di dalam negeri aja banyak tuh yang pamerin minum minuman beralkohol, ngomongin ngewe-ngewe sebelum nikah, yang itu juga dilarang agama (menurut mereka). Terus mereka diam aja gitu dan baru ribut atau menumpahkan kekesalan mereka ke akun Instagram yang bahkan bukan warga negara Indonesia? Yang bahkan ngadain acara pernihakan di negara mereka sendiri?
Sebelumnya kita tidak ada masalah dengan netizen Thailand. Lebih sering mungkin dengan Malaysia when it comes to football mostly. Tapi kenapa mereka sekarang seperti suka cari keributan, apa saking tidak ada kerjaan atau kuota internet murah jadi mereka bingung gimana habisinnya? Apa mentang-mentang jumlah netizens Indonesia banyak dibandingkan negara-negara tetangga jadi merasa "eh ini loh kita, negara demokrasi, bebas berpendapat, jumlah banyak, minggir lo!" padahal jumlah banyak belum tentu bermanfaat atau membanggakan, kalau kasusnya malah kayak gini. Siap-siap aja jadi common enemy.
Akan timbul stereotype bahwa netizen Indonesia itu arogan dan tidak ramah. Mungkin itu tidak terlalu diambil pusing kalau argumen dan pengetahuan bisa mengimbangi. Tapi dalam kasus ini isinya cuma hinaan, hujatan dan ancaman. Jelas, itu adalah modal yang sangat bagus untuk bisa mendapatkan badge netizen barbar, setingkat di atas badge yang diberikan oleh Microsoft, yakni netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Karena tidak sopan saja tidak cukup.