Songs When I Die
Love Again by Dua Lipa |
Berbicara tentang kematian, tentu saja kita tidak akan pernah tahu kapan itu terjadi. Yang pasti, itu akan terjadi, semua akan mengalaminya. Nah, beberapa orang sudah mempersiapkan hal-hal yang diinginkan ketika mereka nanti menemui ajal. Bisa mereka ingin kucing atau anjingnya diberikan ke orang lain nantinya, bisa minta dimainkan piano dengan lagu favorit mereka saat prosesi persemayaman, minta abu mereka dilarung di laut, atau ingin benda-benda kesayangan ikut serta dikuburkan dengan mereka. Dan masih banyak lagi.
Nah, salah satu yang ingin ada setelah saya meninggal adalah mereka memutar lagu-lagu yang saya suka. It was like the last chance to get me exposed to the music sebelum cosplay jadi singkong. Selain itu, meskipun mungkin lagu-lagunya cenderung slow, namun mereka juga bisa memutar lagu-lagu ceria setelah itu. They need to celebrate life, still, no matter who's gone.
So ya here's the list of songs I'd like them to play when I die:
1. Joanne by Lady Gaga
I love Lady Gaga and this is one of the most meaningful song of hers. It's about farewell and sounds so personal. I want it to be played when I die.
2. Back To Black by Amy Winehouse
I love Amy. Dan lagu ini sepertinya cocok. Lihat deh video musiknya. Meskipun makna lagu ini sedikit kelam, tapi bagus juga. Biar lebih dramatis.
3. Caderita by Cely Vasquez
This gonna be fun of you play this song during my funeral. Let the angels fly and dance with me to this catchy beat. Te tiene loco loco. Really.
4. Toujours Un Ailleurs by Anggun
It's more like that I'm already in some other places but I'll always remember you, guys!
5. Breakaway by Avril Lavigne
Sama seperti Toujours Un Ailleurs, ini seperti saya departing to somewhere else for the better. It's always for the better and I'll be missing you, guys!
6. Ghost by Justin Bieber
I love this song a lot! It's so meaningful, like it's saying "Please always bear in mind to spend your time with the people you love for we have no idea at all about what life might lead us to".
7. Memories by Maki Otsuki
Ini perannya hampir sama seperti penutup cerita series anime itu. Kayak ada kesan bahwa ini menjadi a memorable farewell.
8. Love Again by Dua Lipa
Setelah atmosfer low dan nyenyenyenye, lagu ini seperti awal untuk next chapter untuk mereka-mereka yang masih hidup. Life goes on as it naturally should. Let yourself dance to this song.
9. The Nights by Avicii
Ini seperti pengingat seberapa berat pun hidup, masih ada hal baik untuk disyukuri. Lagu ini seperti lagu sejuta umat untuk menikmati hidup.
Cerita Dari Londa, Toraja
Deretan tau-tau di bagian luar Londa, Toraja |
Salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat di Toraja adalah Londa, sebuah pemakaman Toraja yang berada di dalam gua. Beruntung ada kesempatan untuk berkunjung ke sana. Ada apa saja di tempat peristirahatan terakhir khas Toraja ini?
How to get there?
Setelah turun dari angkot, mesti berjalan lagi sekitar satu kilometer. Jalan masuk dari jalan besar menuju lokasi tidak terlalu lebar tapi beraspal dan masih bisa untuk lewat kendaraan roda empat dan bus pariwisata. Dan sepi. Kebetulan pas sampai sana cuaca sedang mendung.
Tau-tau yang baru selesai dibuat |
Sebenarnya berjalan satu kilometer itu biasa saja, apalagi kalau sedang traveling biasa jalan sampai 3-4 kilometer, sekalian menikmati pemandangan dan melihat-lihat aktivitas sosial di sebuah daerah. Tapi beda untuk satu kilometer yang satu ini. Entah karena kecapekan atau apa, jalan ke sana terasa sedikit seram. Apalagi jalan sendiri dan kiri kanan dominan pohon-pohon yang rimbun. Memang ada beberapa rumah, dan sesekali ada kendaraan wisatawan lewat, tapi tetap saja seram.
Yang paling mengejutkan adalah di tengah perjalanan, di sebuah simpangan tiba-tiba ada kakek-kakek tua pakai baju adat Toraja (tidak lengkap tapi tidak bisa dibilang baju kebanyakan juga, kayak baju orang tua jaman dulu) berjalan perlahan bertumpu tongkat. Tidak sengaja kedua mata kami bertatapan meskipun berjauhan, dan jujur sih, it's scary. I mean, entah beliau mungkin dari mana karena jarak rumah juga cukup jauh. Untung saja setelah itu ada sepeda motor lewat jadi sedikit lega.
Ada apa saja di Londa?
Akhirnya sampai juga di lokasi. Setelah bayar tiket masuk, ada beberapa yang menawarkan untuk menjadi pemandu. Banyak juga wisatawan mancanegara yang berkunjung. Ada yang memakai jasa pemandu, ada juga yang tidak. I recommend untuk hire pemandu karena mereka mengenal lokasi dan bisa memberikan informasi tentang pemakaman ini. Selain itu, pemandu juga dibekali senter (headlight). Apalagi jalan sendirian, tidak ada kawan kayak saya, tanpa pikir panjang langsung hire pemandu. Mungkin karena trauma saat berada di Kete Kesu, saat naik ke dalam gua dan sepanjang tangga banyak tengkorak manusia dan sangat tidak nyaman kalau berjalan sendiri dengan pemandangan seperti itu. Kami segera masuk ke kawasan pemakaman. Di sini hijau dan udara sejuk sekali. Setelah naik turun anak tangga, akhirnya sampai di depan gua.
Erong, peti jenazah khas Toraja, digantung di bagian depan gua Londa |
Di depan gua bisa dilihat banyak sekali peti jenazah yang digantung, ditumpuk di bagian muka gua. Selain itu, ada semacam "balkoni" yang berisi patung-patung manusia. Peti-peti besar yang berbentuk rumah adat itu disebut "erong", sedangkan patung manusia itu disebut Tau-Tau.
Semakin tinggi erong digantung, semakin tinggi pula status seseorang. Masyarakat Toraja percaya bahwa mereka hanya akan berganti kehidupan saja saat meninggal. Jadi, mereka akan membawa "beberapa" barang untuk dimasukkan ke dalam peti mati. Mungkin itu juga alasannya kenapa peti kaum bangsat digantung tinggi-tinggi, karena pasti mereka membawa banyak "bekal" yang dimasukkan ke dalam peti dan agar tidak dicuri.
Tau-tau adalah patung life-size yang diperuntukkan untuk kaum bangsawan di Tana Toraja. Tau-tau dibuat dari kayu nangka. Alasan kenapa orang-orang memakai kayu tersebut adalah karena rayap tidak akan memakannya sehingga bertahan lama, juga, getah putihnya melambangkan status dan kebangsawan. Mereka dibuat dan dipakaikan baju yang colourful dan memandang ke bawah seakan mereka berada di balkon melihat ke bawah, ke rakyat mereka. Pas lihat ke atas balkon yang berisi tau-tau itu, perasaan kagum dan takut bercampur, terutama dengan tatapan mereka.
Salah satu sudut di dalam gua Londa, Toraja |
Gua Londa memiliki panjang sekitar 700-1000 meter. Gua ini diperuntukkan untuk klan Tolengke dan sudah dipakai selama ratusan tahun. Kami berjalan ke dalam gua. Di dalam tentu saja gelap. Dan banyak sekali peti jenazah ditumpuk, dijejalkan ke dalam celah-celah gua. Tidak ada bau aneh-aneh meskipun kiri kanan kami penuh dengan jenazah orang meninggal. Ada banyak sekali rokok dan uang di sini. Dan pastinya, tengkorak dan tulang-belulang manusia.
Kami berhenti di sebuah tempat di mana ada dua tengkorak, kata itu adalah peti pasangan muda (kekasih) yang saya-tidak-akan-mengatakan-secara-langsung karena terhalang restu orang tua. I was like "whaaaaaaat?" Kami lanjut menelusuri beberapa bagian gua. Sesekali harus ekstra hati-hati agar kepala tidak kepentok batu, dan tidak menyentuh sisa-sisa jenazah yang ada di sana. Ada juga peti yang masih baru, biasanya ditutupi kelambu. Dan itu yang bikin ngeri sebenarnya. I mean, lebih lega melihat tengkorak dan tulang-belulang daripada membayangkan jasad yang belum lama mati kan? Akhirnya kami berjalan kembali keluar gua. Jujur, saya juga tidak mau berlama-lama di dalam sana.
Sekembali dari dalam gua, ternyata ada beberapa orang sedang menyiapkan tau-tau untuk ditempatkan ke balkon. Cukup lama saya berdiam di sana, menikmati sejuknya udara dan menyaksikan orang-orang mengerek patung itu sampai akhirnya duduk manis di balkon. Puas, akhirnya saya meninggalkan kawasan Londa. Sayang sekali tidak ada ojek menuju jalan besar, dan bayangan jalan sendiri sejauh satu kilometer terlintas dan bikin merinding. Sore itu berkesan sekali.
note:
Perjalanan dilakukan pada pertengahan 2018, foto-foto merupakan jepretan penulis.